Selasa, 05 Oktober 2010

KERUSUHAN AMPERA


KERUSUHAN AMPERA: Salah seorang korban dari kelompok yang bentrok saat sidang kasus Blowfish, dipapah rekannya, di depan Pengadilan Negeri, Jalan Ampera Raya, Jakarta Selatan, Rabu (29/9). Bentrokan antara massa kerabat korban dan pelaku kasus Blowfish tersebut mengakibatkan tiga orang tewas serta beberapa luka-luka. (FOTO ANT/Yudhi Mahatma)

* Juga Warga Diungsikan ke Pangkalan Militer
* Satu Batalyon TNI dan 172 Personel Brimob Dikirim ke Tarakan
* Warga Borong Makanan Persediaan di Pengungsian

Samarinda (SIB)
Sebanyak lima orang tewas pada bentrok atarwarga di Kota Tarakan, Kalimantan Timur dan jajaran Polri yang dibantu TNI sedang berusaha mengendalikan kedua kelompok masyarakat yang sedang bertikai itu.
Sumber ANTARA di kepolisian menyebutkan, korban tewas itu bertambah pada bentrok yang berlangsung sejak Selasa malam hingga Rabu pagi.
“Pada bentrok yang berlangsung Selasa hingga Rabu dinihari tadi, empat orang tewas dari kedua kelompok yang bertikai itu. Jadi, jumlah seluruh korban pada bentrokan ini sejak mulai pecah pada Minggu malam sudah lima orang,” ungkap salah seorang personil Polres Tarakan yang tidak ingin disebutkan namanya, dihubungi dari Samarinda, Rabu.
Hingga Selasa pagi, kedua kelompok yang bertikai terus terlibat bentrok di beberapa sudut Kota Tarakan.
Bahkan, menurut beberapa warga, bentrokan semakin meluas hingga ke dalam kota.
“Awalnya, bentrokan hanya berlangsung di pinggiran kota mulai di kawasan Juwata hingga ke Jalan Gajah Mada dan Yos Sudarso. Namun pagi ini (Rabu) bentrokan sudah meluas hingga ke Selumit Dalam,” ungkap salah seorang warga Tarakan yang tinggal di Selumit Dalam, Nanda.
Bersama ratusan warga lainnya, Nanda mengaku saat ini mengungsi di markas Kodim Tarakan.
“Semuanya sudah mengungsi karena takut menjadi sasaran dari orang-orang yang sedang bertikai itu,” ujar Nanda.
Warga lainnya, Ridwan mengatakan, sejak Rabu dinihari ia dan keluarganya sudah dievakuasi ke Rumah Sakit Tentara di Tarakan.
“Saat ini, suasananya semakin mencekam dan sudah banyak orang saya lihat yang masuk di rumah sakit akibat terluka,” kata Ridwan.
Informasi yang berhasil dihimpun juga menyebutkan, sejak Selasa hingga Rabu salah satu kelompok yang bertikai telah memblokir akses dari Bandara dan Pelabuhan Juwata.
Hingga berta ini diturunkan, situasi Kota Tarakan masih sangat mencekam. Kedua kubu masih aksi saling serang secara seporadis dengan menggunakan berbagai jenis senjata tajam.
Sementara, personil Polri dibantu TNI masih terus berupaya mengendalikan kedua massa agar menghentikan bentrok tersebut.
Sekitar 1.000 Orang Mengungsi ke Mapolres Tarakan
Suasana di Kota Tarakan, Kalimantan Timur, akibat bentrokan dua kelompok warga masih mencekam. Peristiwa itu juga menyebabkan sekitar 1.000 orang terpaksa diungsikan ke Mapolres Tarakan.
“Jumlah pengungsi di Mapolres Tarakan sekitar 1.000 orang,” kata Suwandi Idris, asisten staf khusus presiden bidang Bencana Alam dan Bantuan Sosial, yang berada di Tarakan saat dihubungi detikcom melalui telepon, Rabu (29/9).
Menurut Suwandi, lokasi pengungsian tersebut dijaga ketat aparat keamanan. Selain personel polisi, sejumlah anggota TNI dari Yonid 631 juga diperbantukan untuk mengamankan Mapolres Tarakan.
“Bentrokan yang kembali meletus semalam membuat kami lebih berkonsentrasi mengurus masyarakat yang semakin ketakutan,” ujar Suwandi.
Suwandi mengungkapkan, semalam terjadi bentrokan terbuka antara dua kelompok warga. Mereka saling serang dengan menggunakan berbagai senjata tajam. Situasi sedikit mereda saat petugas gabungan TNI dan Polri berhasil melokalisir masing-masing kelompok.
“Namun hingga pagi tadi, masih ada konsentrasi massa di sejumlah titik. Suasana memang sudah tidak terlalu mencekam dibandingkan semalam, namun belum bisa dikatakan kondusif,” ujar Suwandi.
Sebelumnya kronologi yang dilansir Mabes Polri menyebutkan, bentrokan di Tarakan itu melibatkan kelompok warga dari Suku Bugis dan Suku Tidung. Kejadian itu dipicu perkelahian dua kelompok pemuda dari masing-masing suku di Kampung Juata Permai, Tarakan pada Minggu (26/9), sekitar pukul 22.30 Wita.
Evakuasi Masih Berlangsung, Warga Diungsikan ke Pangkalan Militer
Hingga Rabu (29/9) pagi, evakuasi warga di pusat Kota Tarakan masih berlangsung pasca bentrokan pada Selasa malam kemarin. Pangkalan militer di Tarakan menjadi tempat pengungsian warga.
Sofyan, warga Kota Tarakan yang bermukim di Kelurahan Lingkas Ujung, Tarakan, Kaltim, kepada detikcom mengatakan, suasana pagi ini cukup lengang. Banyak aparat dari TNI/Polri berkeliling di sudut-sudut Kota Tarakan, juga terlihat water canon di Jalan Yos Sudarso.
Masih terlihat adanya evakuasi warga dari pusat kota.
“Truk-truk aparat yang melintas dari arah pusat Kota mengevakuasi warga. Banyak warga lebih memilih tinggal di dalam rumah,” ujar Sofyan.
Desas-desus yang didengar warga, akan ada aksi serangan balasan pada pagi hari ini. Sofyan menyayangkan pihak yang bertikai dibiarkan saja membawa senjata tajam.
Sementara Kadispen TNI AD Brigjen S Widjanarko membenarkan adanya evakuasi warga yang masih berlangsung hari ini.
“Ya benar ada evakuasi warga. Sekarang ada di pusat-pusat militer,” ujar Brigjen S Widjanarko saat dikonfirmasi detikcom, Rabu pagi ini.
Warga diungsikan di pusat-pusat militer seperti di Pangkalan TNI AL Jl Yos Sudarso, Tarakan, kemudian di Yonif 613 Raja Alam, Juata, Kodim dan instalasi militer lainnya.
“Dalam evakuasi warga TNI AD tidak berpihak pada siapa pun, hanya untuk memberi rasa aman. Dan ada juga permintaan pengamanan dari polisi setempat, supaya bentrokan tidak meluas,” tutur Widjanarko.
Satu Batalyon TNI dan 172 Personel Brimob Dikirim ke Tarakan
Satu batalyon pasukan TNI dan 172 personel Brimob dikirim ke Tarakan, Kalimantan Timur, untuk mengendalikan kerusuhan yang terjadi di daerah tersebut. Kerusuhan ini telah menyebabkan tiga orang tewas.
“Sekitar pukul 03.00 WIB personel Brimob sudah diberangkatkan dari Jakarta dan langsung bergabung dengan personel Polri di Tarakan,” kata Wakadiv Humas Mabes Polri Brigjen I Ketut Untung Yoga Ana di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu (29/9).
Ketut menjelaskan, siang ini Kepala Deputi Operasi Kapolri Irjen Soenarko akan berangkat menuju Tarakan untuk mengendalikan operasi disana. Rencananya Soenako akan berangkat besama Ikatan Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (IKKSS).
“Beliau mengajak IKKSS untuk mendampingi dan berkomunikasi dengan warga di sana,” katanya.
Ketut meminta masyarakat tidak terpancing dengan kerusuhan tersebut. “Kita berusaha untuk menormalkan situasi di Tarakan sehingga persoalan ini tidak meluas,” katanya.
Warga Tarakan Borong Makanan
Warga Tarakan yang mengungsi guna menghindari bentrok antar warga mulai memborong makanan dan kebutuhan lain. Sebab, warga hanya mampu membawa sedikit perbekalan ke lokasi pengungsian.
“Makanan, nah itu dia. Untungnya saya sempet-sempetnya bawa tapi tidak banyak. Banyak yang lain tidak bawa, lari ke toko untuk memborong barang-barang instan, seperti mie instan, minum dan sebagainya. Untungnya, harga-harga masih normal,” kata seorang pengungsi di markas TNI Angkatan Laut, Tarakan.
Menurutnya, sejak pagi warga mulai berduyun-duyun meninggalkan rumah masing-masing dengan mengendarai sepeda motor. Tetapi kebanyakan berjalan kaki. Mereka mencari lokasi aman di daerah militer atau markas polisi.
“Dari pagi, ada anggota TNI yang mengetok pintu rumah ke rumah. Mereka mengimbau warga untuk mengungsi. Tidak ada paksaan. Tetapi kami merasa di sini lebih aman,” ucapnya.
Di markas TNI AL tersebut, dia menyebut jumlah pengungsi terbilang banyak. Dalam perkiraannya jumlah pengungsi mencapai ribuan termasuk bayi, anak-anak dan lanjut usia. Pengungsi menempati ruangan, teras, mushalla atau aula. “Sekarang cuacanya sedang gerimis,” pungkas warga Jl Mulawarman ini.
Polisi Perketat Jalur Akses ke Tarakan
Polisi memperketat daerah perbatasan kota Tarakan, Kalimantan Timur. Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya konflik yang meluas pasca bentrok yang kembali terjadi Selasa 28 September malam.
“Penjagaan kita komunikasikan lebih di Kapolda Kalteng, Kalbar. Semuanya menginformsikan agar di luar tidak timbul solidaritas yang sempit,” ujar Wakadiv Humas Polri Brigjen Pol I Ketut Untung Yoga Ana di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu (29/9).
Menurut Yoga, konflik di Tarakan bersifat spontan. Karena itu pihaknya mengimbau agar masyarakat tidak melakukan kerumunan atau gerombolan untuk menghindari hal-hal yang memancing.
Lebih lanjut, Yoga mengatakan Polri tidak akan melakukan sweeping pada warga. Pihaknya menekankan pada komunikasi.
“Kita mengedepankan komunikasi baik dari tokoh sentral, perangkat kelurahan, gubernur untuk ikut berperan,” kata Yoga.
Polri juga sepakat agar konflik tidak boleh meningkat eskalasinya. Deputi Operasi Kapolri Irjen Soenarko memimpin langsung di Tarakan untuk mengerem dan menghentikan eskalasi konflik.
“Karena ini eskalasi yang terus berkembang, maka respons dari Mabes Polri mengambil sikap yang lebih baik,” imbuh dia.
Yoga menuturkan, Kapolri juga telah melaporkan setiap perkembangan di Tarakan kepada Presiden SBY dan Menko Polhukam Djoko Suyanto. “Beliau juga sudah koordinasikan dengan pihak TNI,” tutup Yoga.
Sebelumnya kronologi yang dilansir Mabes Polri menyebutkan, bentrokan di Tarakan itu melibatkan kelompok warga dari Suku Bugis dan Suku Tidung. Kejadian itu dipicu perkelahian dua kelompok pemuda dari masing-masing suku di Kampung Juata Permai, Tarakan pada Minggu (26/9), sekitar pukul 22.30 Wita.
Korban tewas yang sebelumnya 1 orang kini bertambah 2 orang. Sehingga korban tewas menjadi 3 orang.
Kapolri: Bentrok Tarakan Diawali Hal Sepele, Pemalakan
Tidak butuh pemantik besar untuk memicu bentrokan di Tarakan, Kalimantan Timur. Konflik yang sudah menewaskan 3 orang itu diawali oleh masalah sepele.
“Ini diawali hal sepele, pemalakan. Tetapi terus berkembang,” ujar Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri (BHD) jelang rapat dengan Tim Pengawas Kasus Century di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (29/9).
Polisi terus mencari penyebab kenapa masalah sepele itu bisa menjadi bentrokan massa yang membuat Kota Tarakan mencekam. Namun prioritas utama aparat keamanan adalah menenangkan suasana terlebih dahulu.
“Yang penting situasi kondusif dulu,” ujarnya.
BHD meminta orang-orang yang tinggal di sekitar Kalimantan Timur tidak terprovokasi dengan ricuh di Tarakan. Polisi juga sedang mengantisipasi agar bentrokan ini tidak ditunggangi pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
“Kalsel sudah kita perintahkan jangan ada yang terprovokasi sehingga meluas ke yang lain. Begitu juga Kalbar dan Kalteng agar jangan terjebak upaya provokasi,” jelasnya.
Pemkot Tarakan Harap Hukum Ditegakkan
Pemerintah Kota Tarakan meminta dukungan jajaran Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) untuk mengatasi kerusuhan di daerahnya. Dengan dukungan Muspida, Pemkot Tarakan berharap hukum bisa ditegakkan.
“Iya, jadi tadi (Selasa) malam ada buntut kejadian 2 hari lalu, suatu bentrokan, tapi berangsur baik dan kondusif. Tetapi di seluruh sudut Kota Tarakan pejabat, TNI, Polri siaga. Pemkot Tarakan imbau penegakan hukum harus dikedepankan, hanya hukum sebagai panglima tertinggi,” ujar Wakil Walikota Tarakan Suharjo Trianto.
Suharjo menambahkan pihaknya berharap pimpinan di tingkat atas selalu berkoordinasi dan berkomunikasi. Pihaknya juga sudah mempertemukan dua pihak yang bertikai.
“Sudah ada kesepakatan, cuma dari grass root, ada kelompok kecil membangun kekuatan di luar lingkungan yang bisa kita awasi. Itu memang tanggung jawab kita semua apa pun alasannya. Pemerintah Muspida, back up penuh kami dan penambahan aparat TNI/Polri yang terlibat langsung di lapangan, kita selalu siap fasilitasi sarana dan prasarana,” jelas dia.
Gubernur Sulsel Siap Bantu Upaya Perdamaian di Tarakan
Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo, mengaku prihatin dengan bentrokan yang melibatkan warga dari Suku Bugis dengan Suku Tidung di Kota Tarakan, Kalimantan Timur. Syahrul mengaku, siap membantu upaya perdamaian antara kedua kelompok tersebut.
“Jika bentrokan terus berlanjut, saya siap ke Tarakan,” kata Syahrul ditemui wartawan di Kantornya, Jl Urip Sumoharjo, Makassar, Sulsel, Rabu (29/9).
Syahrul juga mengaku sudah menjalin komunikai dengan Gubernur Kaltim Awang Faruk dan tokoh-tokoh Sulsel yang sudah lama bermukim di Tarakan. Dia berharap, bisa segera ditemukan jalan keluar sebagai upaya perdamaiaan.
“Saya meminta kasus ini ditangani secara persuasif dan peran kepolisian harus optimal. Saya juga mengimbau warga asal Sulsel tidak terprovokasi dengan kasus ini,” ungkap Syahrul.
Syahrul yakin masalah ini akan cepat diselesaikan aparat keamanan. Sebab karakter perantau Bugis-Makassar pandai bergaul dengan warga di beberapa daerah. (Ant/detikcom/d)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar